Label

Selasa, 12 September 2017

Maalikul Mulk (Maha Memiliki Kerajaan)

Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Ali Imran : 26)
Ketika menyaksikan sekeliling Anda di mana pun Anda kini berada, segala yang Anda saksikan pasti ada Pemiliknya. Kursi yang Anda duduki tersusun atas atom yang diciptakan oleh Pemiliknya. Bunga dalam pot tumbuh karena sinar matahari dan air yang disediakan oleh pemiliknya. Lautan yang Anda pandang dari jendela beserta segala kehidupan di dalamnya ada atas kehendak Pemiliknya.
Pemilik semua ini dan seluruh jagat raya adalah Allah yang Maha Perkasa, Penguasa seluruh alam. Bahkan tubuh Anda berada dalam genggaman Allah yang menciptakan Anda, dan Dia tidak bergantung pada Anda. Tangan, kaki, pembuluh darah, sistem saraf, dan sel-sel Anda adalah hasil pengetahuan tak tertandingi dan kesempurnaan penciptaan oleh Pemilik Anda. Tak satu pun dari semua ini ada karena Anda memutuskan untuk merancang dan menciptakannya. Ketika pertama kali membuka mata pada dunia, Anda temukan sistem tanpa cacat dalam tubuh Anda sendiri dan di bumi yang Anda tempati, bahkan di seluruh jagat raya.
Namun Anda tak memiliki itu semua sebelumnya, dan takkan mungkin pula di masa mendatang dengan kehendak Anda sendiri. Kenyataan ini tentu saja berlaku bagi semua orang. Jika demikian halnya, maka kekuasaan atas segala sesuatu adalah milik Pencipta kita, Allah, Penguasa seluruh alam. Oleh karena itu, sudah sepatutnyalah manusia berterima kasih dan bersyukur kepada-Nya

Katakanlah: "Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati". (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (QS. Al Mulk : 23)

Kamis, 31 Agustus 2017

Sunnah-Sunnah di Hari Raya Idul Adha

Idul Adha atau biasa disebut Idul Qurban, merupakan salah satu dari dua hari raya umat Islam. Agar Idul Adha penuh dengan pahala berlipat ganda, berikut sunnah-sunnah pada hari raya Idul Adha yang dapat kita amalkan :

1. Shalat hari raya Ied
Allah Ta’ala berfirman, “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkorbanlah.” (QS. Al-Kautsar : 2)
Shalat Idul Adha adalah sunnah muakadah. Berkata Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah : “Disyariatkannya shalat Idain (dua hari raya) pada tahun pertama dari hijrah, dia adalah sunnah muakadah yang selalu dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau memerintahkan kaum laki-laki dan wanita untuk keluar meramaikannya.”

2. Mendengarkan Khutbah Idul Adha
Dari Abdullah bin As-Saa’ib Radhiyallahu ‘anhu, berkata : “Saya menghadiri shalat ied bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat sudah selesai, beliau bersabda, ‘kami akan berkhutbah, jadi siapa yang mau duduk mendengarkan khutbah maka duduklah, dan yang ingin pergi, pergilah!’” (HR. Abu Daud).

3. Berangkat dan pulang melewati jalan yang berbeda
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, berkata : “Dahulu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika keluar menuju shalat dua hari raya, pulangnya menempuh jalan yang berbeda dengan keluarnya.” (HR. Ahmad).
Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ‘anhuma, berkata : “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika keluar pada hari ied akan menempuh jalan yang berbeda.” (HR. Bukhari).

4. Bertakbir pada hari raya
Bertakbir pada Idul Adha telah dijelaskan dalam firman-Nya : “Dan berdzikirlah kepada Allah pada hari-hari yang telah ditentukan.” (QS. Al-Baqarah : 203). Maksud dari “hari-hari yang telah ditentukan” adalah hari-hari tasyriq, sebagaimana dikatakan Ibnu Abbas.
Waktu bertakbir bagi Idul Adha yang shahih adalah sejak hari Arafah sampai ashar hari-hari tasyriq, yaitu tanggal 11,12,13 Dzulhijjah. Disyariatkan untuk bertakbir siang ataupun malam sampai shalat ied. Dan disyariatkan pula takbir muqayyad, yaitu yang dilakukan setiap selesai shalat fardhu yang dilaksanakan dengan berjamaah; bagi selain jama’ah haji dimulai dari sejak Fajar Hari Arafah dan bagi Jama’ah Haji dimulai sejak Dzuhur Hari Raya Qurban terus berlangsung hingga shalat Ashar pada hari Tasyriq.

5. Bergembira pada hari raya
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, saat itu mereka memiliki dua hari untuk bermain-main. Lalu beliau bersabda, ‘Dua hari apa ini?’ Mereka menjawab, ‘Dahulu, ketika kami masih jahiliyah kami bermain-main pada dua hari ini.’ Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Sesungguhnya Allah telah menggantikan buat kalian dua hari itu dengan yang lebih baik darinya, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri.’” (HR. Abu Daud)


Demikianlah sunnah-sunnah di hari raya Idul Adha, semoga dapat menjadi pelajaran untuk senantiasa istiqomah melaksanakan sunnah Rasulullah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga bermanfaat..!!

Adab Hari Raya Idul Adha

Besok adalah hari yang sudah sangat ditunggu-tunggu oleh umat muslim sedunia, bagaimana hari itu adalah hari raya Idul Adha yang didalamnya terdapat ibadah yang sacral dan khusus dilaksanakan di hari itu yaitu shalat ied dan qurban. Agar tidak salah dan menyimpang dari ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kami akan berikan artikel tentang adab-adab di hari raya Idul Adha:

1. Mandi, Memakai Pakaian Terbaik dan Minyak Wangi
Dari Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘anhu, “Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami pada dua hari raya untuk memakai pakaian terbaik yang kami punya, dan memakai wangi-wangian yang terbaik yang kami punya, dan berqurban dengan hewan yang paling mahal yang kami punya.” (HR. Al-Hakim)
Nafi’ menceritakan tentang Abdullah bin Umar Radhiallahu ‘anhuma saat hari raya : “Beliau shalat subuh berjamaah bersama imam, lalu dia pulang untuk mandi sebagaimana mandi janabah, lalu dia berpakaian yang terbaik, dan memakai wangi-wangian yang terbaik yang ia miliki, lalu dia keluar menuju lapangan tempat shalat lalu duduk sampai imam dating, lalu ketika imam dating dia shalat bersamanya, setelah itu dia menuju masjid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan shalat dua rakaat, lalu pulang ke rumahnya.”

2. Tidak makan Sebelum Shalat Idul Adha
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah keluar pada hari Idul Fitri sampai dia makan dulu, dan janganlah makan ketika hari Idul Adha sampai dia shalat dulu.” (HR. At-Tirmidzi)

3. Melaksanakan Shalat Ied di Musholla (Lapangan)
Shalat ied di lapangan adalah sesuai dengan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam karena beliau tidak pernah shalat ied kecuali di lapangan (musholla). Namun jika ada halangan seperti hujan, lapangan yang berlumpur, tidak apa jika melaksanakannya di masjid.
Dikutip dari Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah berkata, “Shalat ied boleh dilakukan di dalam masjid, tetapi melakukannya di musholla (lapangan) yang berada di luar adalah lebih utama, hal ini selama tidak ada udzur (halangan) syar’i seperti hujan dan semisalnya, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat dua hari raya di lapangan, tidak pernah beliau shalat di masjidnya kecuali sekali karena adanya hujan.”
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, “Bahwasanya mereka ditimpa hujan pada hari raya, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat ied bersama mereka di masjid.” (HR. Abu Daud)

4. Mengajak Wanita dan Anak-Anak
Dari Ummu ‘Athiyah Radhiyallahu ‘anha berkata, “Kami diperintahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengeluarkan anak-anak gadis, wanita haid, wanita yang dipingit, pada hari Idul Fitri dan Idul Adha. Ada pun wanita haid, mereka terpisah dari tempat shalat. Agar mereka bisa menghadiri kebaikan dan do’a kaum muslimin. Aku berkata : ‘Wahai Rasulullah, salah seorang dari kami tidak memiliki jilbab.’ Beliau menjawab, ‘Hendaknya saudarinya memakaikan jilbabnya untuknya.’” (HR. Bukhari dan Muslim)


Demikianlah adab-adab di hari raya Idul Adha, semoga dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi ikhwan fillah yang mungkin belum paham tentang adab-adabnya dan sebagai lading amal untuk saling mengingatkan kebaikan bagi sesama. Semoga bermanfaat.

Rabu, 30 Agustus 2017

Yuk, Puasa Arafah

Alhamdulillah esok hari kita akan menjumpai hari dimana jika kita melaksanakan ibadah tersebut kita akan diampuni oleh Allah Ta’ala dosa-dosa kita setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya. Ibadah itu adalah puasa arafah. Puasa arafah dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, puasa ini hanya dilaksanakan bagi umat muslim yang tidak melaksanakan ibadah haji.

Dari Abu Qotadah, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan stahun yang akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)
Adapun hukum puasa arafah menurut Imam Syafi’i adalah sunnah bagi yang tidak berwukuf di Arafah. Adapun bagi yang sedang wukuf, disunnahkan untuk tidak berpuasa berdasarkan hadits dari Ummu Fadhl.

“Dari Ummu Fadhl binti Al-Harits, bahwa orang-orang berbantahan di dekatnya pada hari Arafah tentang puasa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagian mereka mengatakan. ‘Beliau berpuasa.’ Sebagian lainya mengatakan. ‘Beliau tidak berpuasa.’ Maka Ummu Fadhl mengirimkan semangkok susu kepada beliau ketika beliau sedang berhenti di atas unta beliau maka beliau meminumnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Di hadits lain, “Dari Maimunah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa orang-orang saling berdebat apakah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada hari Arafah. Lalu Maimunah mengirimkan pada beliau satu wadah (berisi susu) dan beliau dalam keadaan berdiri (wukuf), lantas beliau minum dan orang-orang pun menyaksikannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sementara untuk pengampunan dosa dari kita melaksanakan puasa Arafah, para ulama berbeda pendapat. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah dosa kecil. Imam Nawawi rahimahullah mengatakan. “Jika bukan dosa kecil yang diampuni, semoga dosa besar yang diperingan. Jika tidak, semoga ditinggikan derajat.” Sedangkan jika melihat dari penjelasan Ibnu Taimiyah rahimahullah, bukan hanya dosa kecil yang diampuni, dosa besar bisa terampuni karena hadits di atas sifatnya umum.

Dari sini bisa kita simpulkan bahwa puasa Arafah adalah hukumnya sunnah bagi yang tidak ikut wukuf dan kita mendapatkan “bonus” berupa pengampunan dosa setahun sebelumnya dan setahun setelahnya.

Demikianlah penjelasan kami tentang puasa Arafah semoga dapat kita manfaatkan “moment” yang hanya sekali dalam setahun. Dan semoga kita menjadi salah satu dari sekian banyak orang yang berpuasa Arafah diampuni dosa-dosa kita setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.

Semoga bermanfaat..!!


Selasa, 29 Agustus 2017

10 Keutamaan dan Amalan di Bulan Dzulhijjah (2)

Lanjutan dari postingan 10 Keutamaandan Amalan di Bulan Dzulhijjah (1), bagaimana di sepuluh hari pertama ini kita dapat mengamalkan amalan-amalan yang dapat meningkatkan level keimanan dan ketaqwaan kita. Berikut penjelasan lanjutan tentang amalan-amalan di bulan dzulhijjah :

6. Berqurban pada Hari Raya Idul Adha dan Hari-Hari Tasyriq
Hal ini adalah sunnah Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, yakni ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala merintahkan Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam untuk menyembelih putra beliau Ismail ‘Alaihissalam, kemudian diganti oleh Allah berupa seekor domba sebagai gantinya untuk disembelih. Berdasarkan kisah itulah kemudian disyariatkan untuk berqurban.
“Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu.” (HR. Muttafaqun ‘Alaihi). 

7. Dilarang mencabut atau memotong Rambut dan Kuku bagi yang hendak berqurban
Dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Jika kamu melihat hilal bulan dzulhijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berqurban, maka hendaknya ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya.” (HR. Muslim)
Dan diriwayat lain : Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya sehingga ia berqurban.”
Larangan ini, menurut zhahirnya hanya dikhususkan bagi orang yang berqurban saja tidak termasuk istri dan anak-anaknya. Kecuali jika masing-masing dari mereka berqurban. Dan diperbolehkan membasahi rambut serta menggosoknya, meskipun terdapat beberapa rambutnya yang rontok.

8. Melaksanakan Shalat Idul Adha dan mendengarkan Khutbah
Seperti yang sudah diketahui ada dua hari raya dalam Islam yaitu hari raya idul fitri dan idul adha. Dan untuk menandai datangnya hari itu adalah diwajibkannya sholat ied di musholla (lapangan). Terkhusus untuk idul adha, setelah sholat ied diadakan penyembelihan hewan qurban seperti anjuran dari sunnah Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam.

9. Takbir Muthlaq
Disyariatkan untuk bertakbir siang ataupun malam sampai shalat ied. Dan disyariatkan pula takbir muqayyad, yaitu yang dilakukan setiap selesai shalat fardhu yang dilaksanakan dengan berjamaah; bagi selain jama’ah haji dimulai dari sejak Fajar Hari Arafah dan bagi Jama’ah Haji dimulai sejak Dzuhur Hari Raya Qurban terus berlangsung hingga shalat Ashar pada hari Tasyriq.

10. Melaksanakan segala kewajiban dan menjauhi larangan-Nya
Hendaknya setiap muslim untuk mengisi hari-harinya dengan melakukan ketaatan, dzikir dan syukur kepada Allah, melaksanakan segala kewajiban dan menjauhi larangan-Nya, memanfaatkan kesempatan ini untuk berusaha memperoleh kemurahan Allah agar mendapat ridha Allah semata.

Semoga postingan ini bermanfaat bagi para ikhwan fiddin untuk selalu mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Semoga bermanfaat…!!

Senin, 28 Agustus 2017

10 Keutamaan dan Amalan di Bulan Dzulhijjah (1)

Saat ini kita sudah memasuki sepuluh hari pertama di bulan dzulhijjah. Di sepuluh hari ini ada beberapa amalan-amalan yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan level keimanan dan ketaqwaan kita. Berikut penjelasan tentang keutamaan di bulan dzulhijjah :
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah dari pada hari-hari ini (10 hari dari bulan Dzulhijjah). Mereka bertanya : Ya Rasulullah, tidak juga jihad fii sabilillah?. Beliau menjawab : Tidak juga jihad fii sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun.” (HR. Bukhari)
Imam Ahmad rahimahullah, meriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu’anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya dari pada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir dan tahmid.” (HR. Ahmad)

Berikut sepuluh amalan-amalan di Bulan Dzulhijjah :

1. Melaksanakan Ibadah Haji dan Umrah.
Ini adalah amalan yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain; Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam “Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara keduanya dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah surga.

2. Berpuasa pada hari Arafah.
Puasa adalah salah satu jenis amalan yang paling utama, berikut hadits tentang puasa arafah;
Dari Abu Qatadah rahimahullah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Berpuasalah pada hari Arafah karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya.”

3. Memperbanyak takbir dan dzikir.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
“....dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan....” (Al-Hajj :28)
Para ahli tafsir menafsirkan bahwa maksud dari ayat di atas tertuju pada sepuluh hari dari bulan dzulhijjah. Karena itu para ulama menganjurkan untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari tersebut. Berdasarkan hadits dari Ibnu Umar Radhiyallahu’anhuma, “Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir dan tahmid. (HR. Ahmad)
Imam Bukhari rahimahullah menceritakan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah Radhiyallahu’anhuma, keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orangpun mengikuti takbir mereka. Dan Ishaq rahimahullah meriwayatkan dari fuqaha’, rabiin bahwa pada hari-hari ini mengucapkan “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaha Ilallah, wa Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamdu”
Dan diperbolehkan berdzikir dengan yang mudah-mudah. Seperti : takbir, tasbih dan do’a-do’a lainnya yang disyari’atkan.

4. Bertaubat serta meninggalkan perbuatan dosa.
Maksiat adalah penyebab terjauhkan hamba dari Allah dan ketaatan adalah penyebab dekatnya cinta kasih Allah kepadanya.
Disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya Allah itu cemburu dan kecemburuan Allah itu manakala seorang hamba melakukan apa yang diharamkan Allah terhadapnya.” (HR. Muttfaqun ‘Alaihi)

5. Banyak beramal shalih
Beramal disini adalah memperbanyak ibadah sunnah seperti : shalat, sedekah, membaca al-Qur’an, amar ma’ruf nahi munkar, jihad dll. Sebab amalan-amalan tersebut pada hari itu dilipat gandakan pahalanya. Bahkan amal ibadah yang tidak utama bila dilakukan pada hari itu akan menjadi lebih utama dan dicintai Allah dari pada amal ibadah pada hari lainnya. Meskipun merupakan amal ibadah yang utama, sekalipun jihad yang merupakan amal ibadah yang amat utama, kecuali jihad orang yang tidak kembali dengan harta dan jiwanya.

Masih ada lima amalan-amalan sunnah di bulan dzulhijjah di postingan selanjutnya...!!


Minggu, 27 Agustus 2017

Abon Sapi

Assalamualaikum bunda, di edisi dapur bunda kali ini kami akan berbagi resep makanan yang lezat dan bisa buat bekal bagi anak sekolah dan ayah bekerja. Karena sebentar lagi Hari Raya Idul Adha, otomatis kita akan medapatkan daging sapi atau kambing secara gratis hehe. Berikut kami akan jelaskan sedikit tentang abon sapi.
Abon adalah makanan yang terbuat dari serat daging hewan. Penampilannya biasanya berwarna cokelat terang hingga kehitam-hitaman dikarenakan dibumbui kecap. Abon tampak seperti serat-serat kapas, karena didominasi oleh serat-serat otot yang mongering yang disuwir-suwir. Karena kering dan nyaris tak memiliki sisa kadar air, abon biasanya awet disimpan berminggu-minggu hingga berbualn-bulan dalam kemasan yang kedap udara.
Selain terbuat dari bahan dasar daging (seperti sapi, kambing, ayam dll) ada beberapa abon yang pembuatannya memmakai bahan dasar dari makanan laut seperti ikan tuna, ikan lele, ikan tongkol, belut dan udang.
Abon biasanya dimakan sebagai lauk taburan di atas nasi, mie pangsit atau bubur ayam. Bisa juga sebagai isi lemper dan biasa pula dimakan langsung seperti memakan atau mengkonsumsi cemilan. Di Indonesia, danging yang biasa digunakan untuk membuat abon berasal dari daging sapi, sehingga orang mengenalnya dengan “abon sapi”. Selain daging sapi, bahan lain yang digunakan adalah ayam, ikan, kambing dll.

Baik bunda berikut resep membuat abon sapi yang lezat dari ummu afra’ :

Bahan yang diperlukan :
1. 1 kg danging Sapi
2. 5 gr ketumbar halus atau bubuk
3. 25 gr bawang merah
4. 40 gr. Bawang putih
5. 2 lembar daun salam
6. 75 gr Gula jawa
7. 5-7 gr Lengkuas
8. 5 gr asam jawa
9. 200 ml Santan kental
10. 1 potong Sereh, dimemarkan
11. 600 ml Air bersih
12. Minyak secukupnya  

Langkah-langkah pembuatan
1. Cuci daging sapi sampai bersih.
2. Potong daging sapi menjadi beberapa bagian supaya gampang proses penyuwiran.
3. Rebus daging sapi kurang lebih 50 menit dengan api kecil.
4. Angkat daging dan tiriskan sebentar. Suwir daging kecil-kecil dan kemudian di tumbuk pelan-pelan supaya menghasilkan serat daging yang halus.
5. Ambil cobek dan haluskan 25 gram bawang merah, bawang putih dan ketumbar.
6. Siapkan penggorengan dengan api kecil. Masukkan minyak goreng secukupnya dan tumis bumbu yang sudah dihaluskan.
7. Setelah harum masukkan lengkuas, sereh, asam jawa, daun salam dan gula jawa. Aduk sampai rata.
8. Masukkan 200 ml santan dan aduk terus sampai mendidih.
9. Masukkan sedikit demi sedikit daging sapi yang sudah disuwir ke dalam rebusan santan dan bumbu dengan api kecil.
10. Terus diaduk jangan sampai santan pecah dan sampai dagingnya mengering.
11. Angkat suwiran daging abon setengah kering dan siapkan penggorengan baru.
12. Masukkan minyak secukupnya dan goreng daging abon sampai kering.
13. Tiriskan sampai benar-benar kering dan tunggu sampai dingin sebelum abon daging sapi dimasukkan ke dalam toples atau plastic.

Demikianlah resep Abon Sapi yang bisa dipraktekkan sebagai lauk bagi keluarga bunda, dan juga bisa sebagai bekal bagi anak sekolah dan bisa menjadi oleh-oleh bagi para bunda yang putra-putrinya sedang menuntut ilmu di pondok pesantren, sebagai lauk sehari-hari dan dibagikan kepada teman-teman. Karena bisa awet berminggu-minggu sehingga bisa dimakan kapan saja. Semoga bermanfaat bunda.

Maalikul Mulk (Maha Memiliki Kerajaan)

Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut keraj...