Label

Senin, 31 Juli 2017

Tentang Qurban

Fiqih Qurban
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman yang artinya, “Maka shalatlah untuk Rabbmu dan sembelihlah hewan.” (QS. Al Kautsar: 2). Syaikh Abdullah Alu Bassaam mengatakan, “Sebagian ulama ahli tafsir mengatakan; Yang dimaksud dengan menyembelih hewan adalah menyembelih hewan qurban setelah shalat Ied.” Pendapat ini dinukilkan dari Qatadah, Atha' dan Ikrimah (Taisirul 'Allaam, 534 Taudhihul Ahkaam, IV/450. Lihat juga Shahih Fiqih Sunnah II/366).

Hukum Qurban
Dalam hal ini para ulama terbagi dalam dua pendapat:
Pertama, wajib bagi orang yang berkelapangan. Ulama yang berpendapat demikian adalah Rabi'ah (guru Imam Malik), Al Auza'i, Abu Hanifah, Imam Ahmad dalam salah satu pendapatnya, Laits bin Sa'ad serta sebagian ulama pengikut Imam Malik, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dan Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahumullah. Syaikh Ibn Utsaimin mengatakan: “Pendapat yang menyatakan wajib itu tampak lebih kuat dari pada pendapat yang menyatakan tidak wajib. Akan tetapi hal itu hanya diwajibkan bagi yang mampu…” (lih. Syarhul Mumti', III/408) Diantara dalilnya adalah hadits Abu Hurairah yang menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berkelapangan (harta) namun tidak mau berqurban maka jangan sekali-kali mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ibnu Majah 3123, Al Hakim 7672 dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani)
Pendapat kedua menyatakan Sunnah Mu'akkadah (ditekankan). Dan ini adalah pendapat mayoritas ulama yaitu Malik, Syafi'i, Ahmad, Ibnu Hazm dan lain-lain. Ulama yang mengambil pendapat ini berdalil dengan riwayat dari Abu Mas'ud Al Anshari radhiyallahu 'anhu. Beliau mengatakan, “Sesungguhnya aku sedang tidak akan berqurban. Padahal aku adalah orang yang berkelapangan. Itu kulakukan karena aku khawatir kalau-kalau tetanggaku mengira qurban itu adalah wajib bagiku.” (HR. Abdur Razzaq dan Baihaqi dengan sanad shahih).

Hewan yang Boleh Digunakan Untuk Qurban
Hewan qurban hanya boleh dari kalangan Bahiimatul Al An'aam (hewan ternak tertentu) yaitu onta, sapi atau kambing dan tidak boleh selain itu. Bahkan sekelompok ulama menukilkan adanya ijma' (kesepakatan) bahwasanya qurban tidak sah kecuali dengan hewan-hewan tersebut (lihat Shahih Fiqih Sunnah, II/369 dan Al Wajiz 406)
Dalilnya adalah firman Allah yang artinya, “Dan bagi setiap umat Kami berikan tuntunan berqurban agar kalian mengingat nama Allah atas rezki yang dilimpahkan kepada kalian berupa hewan-hewan ternak (bahiimatul an'aam).” (QS. Al Hajj: 34)

Ketentuan Untuk Sapi & Onta
Seekor Sapi dijadikan qurban untuk 7 orang. Sedangkan seekor onta untuk 10 orang. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu'anhu beliau mengatakan, “Dahulu kami penah bersafar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu tibalah hari raya Iedul Adha maka kami pun berserikat sepuluh orang untuk qurban seekor onta. Sedangkan untuk seekor sapi kami berserikat sebanyak tujuh orang.” (Shahih Sunan Ibnu Majah 2536, Al Wajiz, hal. 406)

Larangan Bagi yang Hendak Berqurban
Orang yang hendak berqurban dilarang memotong kuku dan memotong rambutnya (yaitu orang yang hendak qurban bukan hewan qurbannya). Dari Ummu Salamah dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda, “Apabila engkau telah memasuki sepuluh hari pertama (bulan Dzulhijjah) sedangkan diantara kalian ingin berqurban maka janganlah dia menyentuh sedikitpun bagian dari rambut dan kulitnya.” (HR. Muslim).

Waktu Penyembelihan
Waktu penyembelihan qurban adalah pada hari Iedul Adha dan 3 hari sesudahnya (hari tasyriq). Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Setiap hari taysriq adalah (hari) untuk menyembelih (qurban).” (HR. Ahmad dan Baihaqi)

Tata Cara Penyembelihan
  • Sebaiknya pemilik qurban menyembelih hewan qurbannya sendiri.
  • Apabila pemilik qurban tidak bisa menyembelih sendiri maka sebaiknya dia ikut datang menyaksikan penyembelihannya.
  • Hendaknya memakai alat yang tajam untuk menyembelih.
  • Hewan yang disembelih dibaringkan di atas lambung kirinya dan dihadapkan ke kiblat. Kemudian pisau ditekan kuat-kuat supaya cepat putus.
  • Ketika akan menyembelih disyari'akan membaca “Bismillaahi wallaahu akbar” ketika menyembelih. Untuk bacaan bismillah (tidak perlu ditambahi Ar Rahman dan Ar Rahiim) hukumnya wajib menurut Imam Abu Hanifah, Malik dan Ahmad, sedangkan menurut Imam Syafi'i hukumnya sunnah. Adapun bacaan takbir – Allahu akbar – para ulama sepakat kalau hukum membaca takbir ketika menyembelih ini adalah sunnah dan bukan wajib.

Larangan Mengupah Jagal Dengan Bagian Hewan Sembelihan
Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu bahwa “Beliau pernah diperintahkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengurusi penyembelihan ontanya dan agar membagikan seluruh bagian dari sembelihan onta tersebut, baik yang berupa daging, kulit tubuh maupun pelana. Dan dia tidak boleh memberikannya kepada jagal barang sedikitpun.” (HR. Bukhari dan Muslim) dan dalam lafaz lainnya beliau berkata, “Kami mengupahnya dari uang kami pribadi.” (HR. Muslim). Dan ini merupakan pendapat mayoritas ulama (lihat Shahih Fiqih Sunnah, II/379). Adapun bagi orang yang memperoleh hadiah atau sedekah daging qurban diperbolehkan memanfaatkannya sekehendaknya, bisa dimakan, dijual atau yang lainnya. Akan tetapi tidak diperkenankan menjualnya kembali kepada orang yang memberi hadiah atau sedekah kepadanya (Tata Cara Qurban Tuntunan Nabi, 69)

Solusi Untuk Masalah Kulit
Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu pernah mengurusi qurbannya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang jumlahnya 100 ekor onta?! Tapi tidak ada dalam catatan sejarah Ali bin Abi thalib radhiallahu 'anhu bingung ngurusi kulit dan kepala. Demikianlah kemudahan yang Allah berikan bagi orang yang 100% mengikuti aturan syari'at. Namun bagi mereka (baca: panitia) yang masih merasa bingung ngurusi kulit, bisa dilakukan beberapa solusi berikut:
#1.  Kumpulkan semua kulit, kepala, dan kaki hewan qurban. Tunjuk sejumlah orang miskin sebagai sasaran penerima kulit. Tidak perlu diantar ke rumahnya, tapi cukup hubungi mereka dan sampaikan bahwa panitia siap menjualkan kulit yang sudah menjadi hak mereka. Dengan demikian, status panitia dalam hal ini adalah sebagai wakil bagi pemilik kulit untuk menjualkan kulit, bukan wakil dari shohibul qurban dalam menjual kulit.

#2.  Serahkan semua atau sebagian kulit kepada yayasan islam sosial (misalnya panti asuhan atau pondok pesantren). (Terdapat Fatwa Lajnah yang membolehkan menyerahkan bagian hewan qurban kepada yayasan).

wallahu a'lam

semoga bermanfaat ....

Minggu, 30 Juli 2017

Didiklah Anak Kita Dengan Cara Nabi (1)

Menjadi umat Muslim sesungguhnya amat beruntung dan merupakan karunia terbesar dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Lewat Al-Qur'an dan Sunnah Rasul, Allah telah memberikan panduan lengkap bagi hidup manusia.
Dari hal besar sampai sesuatu yang kecil, seperti buang air kecil, ada tuntunan adabnya dalam Islam. Tak terkecuali dalam urusan menanamkan akhlaq yang baik pada anak. Berikut ini beberapa contoh tuntunan mendidik anak berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah yang bisa dijadikan panduan bagi orangtua.

1. Mengajarkan berbakti kepada orangtua
wasiat dalam al-Qur'an yang terkait dengan perintah berbakti kepada orangtua, diantaranya sebagai berikut :  

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil"(al-Israa' : 23-24).
Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan pada hadits beliau yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiallahu 'anhu, bahwasanya Nabi bersabda, "Jagalah kehormatan istri orang lain, niscaya istri kalian terjaga kehormatannya. Berbaktilah kepada orangtua kalian, niscaya anak-anak kalian berbakti kepada kalian. Barang siapa yang didatangi oleh saudaranya untuk meminta maaf, hendaknya diterima, baik dia benar maupun salah. apabila tidak melakukannya, niscaya tidak akan mendatangiku di danauku." (HR Al-Hakim)
Mengharapkan anak berbakti kepada orangtua harus diawali dari diri sendiri bagaiman kita berbakti kepada orangtua kita. jika kita paham mengapa seorang anak durhaka kepada orangtuanya di usia anak-anak, padahal pada mas itu masih berada pada kendali orangtua sepenuhnya. Maka jalan terbaik kita untuk membenahi perilakunya secara sempurna adalah dengan terlebih dahulu memperbaiki perilaku kita dan menjauhkan diri dari sikap durhaka.

2. Memotivasi cinta ilmu 
Masa anak-anak adalah masa belajar. pada masa ini adalah masa paling subur untuk pembentukan ilmu dan pemikiran. hal ini sepatutnya mendorong orangtua untuk menganjurkan anak-anak mereka menuntut ilmu dan mencintai para ulama.
Dari Anas bin Malik Radhiallahu 'anhu, "Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap Muslim." (HR. Ibnu Majah). Kewajiban ini untuk orang dewasa maupun anak-anak, lelaki atau perempuan. Menuntut ilmu bisa menjadi sebuah media bagi seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Rabb-nya.
Dari Abu Darda Radhiallahu 'anhu, " Pemisalan orang yang menuntut ilmu di masa kecilnya, seperti pahatan di atas batu dan pemisalan orang yang menuntut ilmu di masa tuanya, seperti orang yang menulis di atas air." (HR. Ath Thabrani)
Diriwayatkan oleh Abu Hurairoh Radhiallahu 'anhu "Barang siapa yang belajar Al-Qur'an di masa mudanya, niscaya Al-Qur'an di akan bercampur dengan daging dan darahnya. Dan barangsiapa yang belajar al-Qur'an di masa tuanya dengan tingkat kesulitan yang tinggi namun dia tidak meninggalkannya, maka dia mendapatkan pahala dua kali."
Para shahabat sangat sadat bahwa aktivitas anak-anak dalam belajar memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam perkembangan pengetahuannya, menjadikannya lebih hafal dan tertancap kuat diingatannya dibandingkan seseorang mempelajarinya setelah dewasa.

3. Menanamkan kejujuran
Perilaku jujur merupakan salah satu dasar penting dalam akhlaq Islam yang membutuhkan kerja keras dalam menanamkannya sehingga kokoh dan tidak tergoyahkan oleh godaan syeitan. Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallam memberikan perhatian khusus tentang penanaman perilaku ini pada diri anak.
Beliau mengawasi perlakuan kedua orangtua kepada anak mereka agar terhinda dari hinanya berdusta kepada anak. Rasulullah menetapkan suatu kaidah umum bahwa anak juga manusia yang memiliki hak-hak dalam hubungan sosial sesama manusia. Sehingga kedua orang tua tidak boleh menipu atau membohongi anaknya dengan media dan sarana apapun. 
Dari Abdullah bin Amir Radhiallahu 'anhu "Suatu hari ibuku memanggilku, sementara Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallam duduk di rumah kami, Dia katakan, 'kemarilah aku beri sesuatu', Rasulullah bertanya kepadanya, 'Apa yang ingin engkau berikan kepadanya?' Dia menjawab, 'Aku akan memberikan buah kurma.' Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Sesungguhnya apabila engkau tidak memberikan apapaun itu akan dicatat sebagai suatu kedustaan.'" (HR. Abu Dawud)
Diriwayatkan oleh Imam As-Sam'ani dari Ibnu Ishaq, dari Abul Ahwash dari Abdullah Radhiallahu 'anhu "Jangan menceritakan cerita-cerita bohong, sebab kebohongan tidak tepat untuk disandingkan dengan keseriusan maupun canda. Jangan pernah salah seorang dari kalian berjanji kepada anaknya kemudian tidak menepatinya."
Dar penjelasan diatas bahwa pentingnya menanamkan perilaku jujur dalam diri anak, termasuk diantaranya adalah berusaha menepati janji kepada anak kita. berperilaku jujur itu tidak hanya kita tekankan kepada anak kita tapi juga dimulai dari kita sebagai orangtua karena jika kita sudah tidak jujur kepada anak kita maka lambat laun akan hilang kepercayaan si buah hati kepada kita.

Wallahu a'lam

Semoga bermanfaat bagi para orangtua dalam mendidik putra-putrinya sesuai sunnah Nabi Shallahu 'alaihi wa sallam, masih ada bebarapa cara lagi di postingan selanjutnya...

Sabtu, 29 Juli 2017

Adab Menguap

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menyaksikan orang yang seenaknya menguap di depan umum. Mereka menganggap perbuatan tersebut sebagai perkara yang lazim dan biasa-biasa saja. Padahal dalam Islam, masalah tersebut bukan perkara yang remeh, tetapi sesuatu yang penting untuk diperhatikan.

Allah subhanahu wa ta'ala membenci menguap karena merupakan aktivitas yang membuat seseorang banyak makan, yang pada akhirnya membawa pada kemalasan dalam beribadah.
Para Nabi tidak pernah menguap dikarenakan menguap adalah salah satu aktivitas yang dibenci oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Karenanya Islam mengajarkan kepada umatnya beberapa adab ketika mengalami hal tersebut, yaitu di antaranya:

1. Menahan Diri
Ketika seseorang sadar ketika dirinya akan menguap, disunnahkan untuk menahan diri agar tidak melakukannya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu 'anhu bahwasanya Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian menguap maka tahanlah semaksimal mungkin (agar mulutnya tidak terbuka).” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Menutup Mulut Dengan Kedua Tangan
Ketika menguap sudah tidak bisa ditahan, hendaknya menutupnya dengan kedua tangan. Ini dimaksudkan mencegah setan masuk ke tubuh melalui mulut. Disebutkan oleh Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu 'anhu dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian menguap maka hendaknya ia meletakkan tangannya di mulutnya karena setan akan memasukinya.” (HR. Bukhari)

3. Tidak Mengeluarkan Suara
Ketika menguap diusahakan tidak mengeluarkan suara, apabila sengaja dibuat-buat agar kuapannya didengar oleh orang lain. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Jika salah seorang diantara kalian menguap maka tahanlah semaksimal mungkin dan janganlah bersuara haah haah.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

4. Tidak Menguap Saat Shalat
Allah Ta’ala membenci perbuatan menguap, terlabih-lebih ketika waktu shalat. Karena itu, orang yang sedang shalat hendaknya betul-betul dalam kondisi prima dan tidak mengantuk agar tidak mudah menguap. Disunnahkan untuk tidur sejenak sebelum shalat terutama pada siang hari.



Demikian beberapa adab berkaitan dengan menguap. Semoga bermanfaat.

Jumat, 28 Juli 2017

Perumpamaan Dunia Bagaikan Air


“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, Maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [QS Al-Kahfi : 45]
 Bagi kebanyakan orang, dunia memang tempat yang sangat mengasyikkan. Semua yang ada di dalamnya begitu menggiurkan. Baik berupa harta, tahta, maupun para wanita yang cantik jelita. Tapi, jika kita hanya memperhatikan keindahan dunia, maka diri kita akan terlena. Apa maksudnya?
Dunia ini hanyalah sementara. Kita hidup di muka bumi bagaimana orang yang sedang berkelana. Lalu, kemana tujuan utama kita? Ialah akhirat, tempat yang paling kekal nan abadi. Jadi, berhati-hatilah terhadap godaan dunia. Sebab, perhiasan dunia hanya tipuan belaka, yang hanya akan melengahkan kita dari mengingat Allah SWT.

Ibnu Mas'ud RA berkata, “Barangsiapa menginginkan akhirat maka ia akan mengorbankan dunianya. Barangsiapa menginginkan dunia, ia akan mengorbankan akhiratnya. Wahai kaum, korbankanlah yang fana untuk akhirat nan abadi,” (Siyar A'lam An-Nubala', I: 496).
Allah SWT berfirman dalam surah Al-Kahfi ayat 45 diatas bahwa Allah memerintahkan kepada para Rasul, untuk membuat perumpamaan bagi manusia -terutama mereka yang sombong- tentang sifat dunia yang telah menipu mereka, bagaimana keindahannya dan cepat musnahnya. ia ibarat air yang diturunkan Allah dari langit, lalu dengan air itu tumbuhlah berbagai tumbuhan dengan izin Allah, lantas ia pun menghijau dan tak lama sesudah itu ia berubah menjadi tumbuhan kering pecah-pecah yang ditiup angin dari segala arah.

Imam Al-Qurtubi menjelaskan kenapa Allah menyerupakan dunia dengan air, setidaknya ada empat perkara yang menyebabkan dunia diserupakan dengan air.
1. Kerena air tidak setia pada satu tempat 
Seperti halnya harta, tahta, wanita dll yang merupakan kenikmatan dunia tidak akan pernah kita miliki selamanya, walaupun kita menggenggam dunia bahkan sampai kita gigitpun dunia itu pasti tetap akan terlepas, dunia tidak akan terus bersama kita, dunia pasti akan meninggalkan kita. Maka dari itu jangan pernah kita setia kepada dunia karena dunia tidak akan setia kepada kita, karena penipu yang paling ulung itu adalah dunia. Seperti contoh ketika kita memiliki harta yang banyak, jabatan yang tinggi, dan istri yang cantik, disaat kita menemui sakaratul maut kita tidak akan sanggup membawa mereka, yang kita bawa hanyalah amal sholeh kita, maka jangan tertipu dengan dunia yang fana ini.

2. Karena air cepat menguap
Kenapa cepat menguap?, misalnya air hujan turun kemudian air itu tergenang di sebuah danau kemudian menguap, menjadi awan dan menjadi rintik hujan kembali. Begitulah dunia, bagaimanapun dunia cepat sekali tidak berharga, dunia akan menjadi tidak ternilai dimata kita jika kita berhadapan dengan kematian, kita lebih memikirkan kematian yang lebih penting itu dibandingkan dunia kita. Atau saat kita sedang sakit keras, kita pasti tidak pernah peduli dengan harta, jabatan yang kita miliki, kita lebih memikirkan bagaimana nasib kita di akhirat atau bagaimana caranya agar bisa sembuh bahkan sampai kita rela mengorbankan harta yang kita miliki. Begitulah dunia, maka jangan tertipu dengan nilai-nilai dunia.

3. Karena air kalau berlebihan akan merusak
Air jika diminum cukup akan terasa enak, tapi jika kita minum kebanyakan maka kita kan merasakan pusing. Seperti itulah dunia jika kita mencari harta sesuai kebutuhan maka kita akan nyaman dan aman dalam menjalani hidup, begitu juga sebaliknya, jika kita mencari dunia melebihi takaran kebutuhan sehari-hari, kita akan bingung bagaimana menggunakannya, bahkan akan menjadi mubadzir jika kita gunakan dijalan yang sesat. Dapat pula melalaikan kita dari ibadah kepada Allah. Maka miliki harta sesuai kebutuhan jangan sampai kita tamak terhadap dunia karena akan menyebabkan banyak kemudharatan di dalam diri kita.

4. Karena air membuat basah
Jika kita bermain-main dengan air pasti kita akan basah, entah itu basah keseluruhan atau sebagian, begitu pula dengan dunia jika kita bermain-main dengan dunia, kita akan basah dengan dunia, apalagi kalau keasyikan maka kita akan menjadi orang yang lalai karena dunia, entah itu lalai terhadap Allah atau orang lain. Seperti halnya memakai pakaian mewah akan tetapi orang lain yang melepasnya, ketika kita mengendarai kendaraan yang mahal tetap orang lain yang merampasnya. Begitulah dunia, tidak akan terus melekat dengan kita untuk selamanya. Maka dari itu mari kita kurangi bermain-main dengan dunia.

Selayaknya kita behati-hatilah dengan dunia, sebab akan ada masanya seluruh dunia ini akan hancur, atau bahkan diri kita yang lebih dahulu meninggalkan dunia. Oleh sebab itu, jika kita menginginkan kebahagiaan di akhirat kelak, maka kita harus merelakan dunia.
Merelakan dunia, bukan berarti kita tidak melakukan apapun yang berurusan dengan dunia. Sebab, walau bagaimana pun dunia adalah tempat yang kita lalui untuk menggapai akhirat. Untuk itu, berbuatlah sewajarnya di dunia. Kita tetap melakukan aktivitas seperti biasa, namun mengikuti aturan-aturan yang Allah SWT dan Rasul-Nya tetapkan. Dan jangan pernah tertipu dengan dunia, karena dunia adalah penipu ulung. Semoga kita termasuk orang-orang yang selamat dari goadaan dunia yang fana ini.


Wallahu’alam.

Tipe-tipe Anak di dalam Al-Qur'an


Seorang anak yang lahir ke dunia memiliki banyak karakter unik yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Keadaan pada diri mereka juga bisa beragam. Akan menjadi apa mereka ke depannya, itu semata orangtua yang harus membentuknya. Anak bisa tumbuh menjadi anak yang baik, penurut, cerdas, kritis, begitu shalih. Namun, anak juga bisa menjadi sebaliknya yaitu melawan pada orangtuanya, berucap tidak ahsan dan perangai buruk lainnya.
Di dalam Islam sendiri, ternyata para ulama mengkategorikan beberapa tipe anak. Berikut ulasannya :
1. Anak sebagai hiasan hidup dan penyejuk bagi orang tuanya
Tentu akan sangat menyenangkan memiliki anak sehat lahiriyah dan batiniyah dan  kehadiran yang sangat ditunggu–tunggu ini menjadi hiasan hidup yang sangat indah dipandang mata. Kedatangannya bukan musibah melainkan anugerah. Menjadi hiasan yang baik sekaligus penyejuk tidak akan terjadi, jika ada kesalahan dalam pola asuh anak.
Untuk itu dalam hal ini orang tua harus cermat dan mengambil kendali utama menjadikan anak seperti yang diinginkan. Menjadi putih, hitam atau abu-abu jiwa dan kehidupan mereka, itu sebenarnya berkat didikan orang tua. Jika berhasil, maka orang tua akan menabung surga kelak saat mempunyai anak shalih yang pandai mendoakan orangtuanya.
 Allah berfirman: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Qs. Ali Imron: 14)
Juga terdapat dalam ayat-Nya:
“Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri  kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”
(Qs. Al Furqon: 74)

2. Anak sebagai cobaan hidup
Akan sangat berbeda dengan hal pertama tadi jika kehadiran anak menjadi cobaan hidup keluarganya. Bukan hanya karena cacat bawaan yang dideritanya, namun juga perlakuan anak  yang tidak menyenangkan atau bahkan cenderung amoral. Hal ini,  pada dasarnya akan menjadi pukulan terberat juga cobaan hidup yang tidak ringan bagi orangtuanya. Allah berfirman: 
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Qs. Al Anfal: 28)

3. Anak yang lemah
Mempunyai keturunan anak yang lemah merupakan hal yang cukup menyedihkan. Lemah disini bisa berarti lemah tubuh atau akalnya, bisa jadi lemah dalam ilmu pengetahuan, lemah dalam wawasan hidup, lemah segi kemampuan fighting dalam menjalani kehidupan, lemah dalam segi akidah dan lain sebagainya.
Allah berfirman: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (Qs. An Nisa': 9)
Agar tidak menjadi seperti yang disitir dalam Al-Qur'an, hendaknya orangtua membekali anaknya dengan sistem imun terbaik bagi tubuhnya, banyak wawasan pengetahuan dan kehidupan, kemampuan yang mumpuni, memantau perkembangan mentalnya  agar tidak mudah menyerah dalam menghadapi
kehidupan dan juga bekali dengan akidah yang baik. Karena bisa jadi, sesuatu yang bersifat lemah menjadi cikal bakal cacat tubuh dan mental yang permanen, kriminalitas anak dan tindakan amoral lainnya.

4. Anak sebagai musuh
Allah berfirman: “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs At Taghabun: 14)
Musuh dalam arti saat anak menjadi pembangkang tidak lagi menuruti nasihat orang tua dan mendengarkan petuah bijak orang-orang sekelilingnya, belajar menjadi pembohong, tidak malu lagi melakukan hal tercela dan maksiat dan mulai melupakan untuk beribadah kepada Allah. Dan hal ini merupakan puncak kesedihan dan kegagalan dari pola asuh orang tua.

Oleh sebab itu, apapun tipe anak kita, ia hanyalah sebuah lembaran putih yang bersih, orangtualah yang sebenarnya memberi torehan istimewa pada lembaran putih anak kita. Ia akan menjadi Muslim, Nashrani atau Yahudi adalah campur tangan orang tua. begitu juga baik atau buruknya akhlaq anak kita atau benar atau salahnya aqidah anak kita itu adalah tergantung bagaimana kita menorehkan tinta di lembaran putih anak kita. Maka jadilah orang tua terbaik dalam membentuk pribadi anak. Semoga kitalah yang menjadi pemenang memperoleh anak yang shalih penyejuk hati keluarga kita, aamiin.

Wallahu’alam.

Maalikul Mulk (Maha Memiliki Kerajaan)

Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut keraj...