Seorang anak yang lahir ke dunia memiliki banyak karakter
unik yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Keadaan pada diri mereka juga bisa
beragam. Akan menjadi apa mereka ke depannya, itu semata orangtua yang harus
membentuknya. Anak bisa tumbuh menjadi anak yang baik, penurut, cerdas, kritis,
begitu shalih. Namun, anak juga bisa menjadi sebaliknya yaitu melawan pada
orangtuanya, berucap tidak ahsan dan perangai buruk lainnya.
Di dalam Islam sendiri, ternyata para ulama mengkategorikan
beberapa tipe anak. Berikut ulasannya :
1. Anak sebagai hiasan hidup dan penyejuk bagi orang tuanya
Tentu akan sangat menyenangkan memiliki anak sehat lahiriyah
dan batiniyah dan kehadiran yang sangat
ditunggu–tunggu ini menjadi hiasan hidup yang sangat indah dipandang mata.
Kedatangannya bukan musibah melainkan anugerah. Menjadi hiasan yang baik sekaligus
penyejuk tidak akan terjadi, jika ada kesalahan dalam pola asuh anak.
Untuk itu dalam hal ini orang tua harus cermat dan mengambil
kendali utama menjadikan anak seperti yang diinginkan. Menjadi putih, hitam
atau abu-abu jiwa dan kehidupan mereka, itu sebenarnya berkat didikan orang
tua. Jika berhasil, maka orang tua akan menabung surga kelak saat mempunyai
anak shalih yang pandai mendoakan orangtuanya.
Allah berfirman:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga).” (Qs. Ali Imron: 14)
Juga terdapat dalam ayat-Nya:
“Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami,
anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri
kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah
kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”
(Qs. Al Furqon: 74)
2. Anak sebagai cobaan hidup
Akan sangat berbeda dengan hal pertama tadi jika kehadiran
anak menjadi cobaan hidup keluarganya. Bukan hanya karena cacat bawaan yang
dideritanya, namun juga perlakuan anak
yang tidak menyenangkan atau bahkan cenderung amoral. Hal ini, pada dasarnya akan menjadi pukulan terberat
juga cobaan hidup yang tidak ringan bagi orangtuanya. Allah berfirman:
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah
sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Qs. Al
Anfal: 28)
3. Anak yang lemah
Mempunyai keturunan anak yang lemah merupakan hal yang cukup
menyedihkan. Lemah disini bisa berarti lemah tubuh atau akalnya, bisa jadi
lemah dalam ilmu pengetahuan, lemah dalam wawasan hidup, lemah segi kemampuan
fighting dalam menjalani kehidupan, lemah dalam segi akidah dan lain
sebagainya.
Allah berfirman: “Dan hendaklah takut kepada Allah
orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.” (Qs. An Nisa': 9)
Agar tidak menjadi seperti yang disitir dalam Al-Qur'an,
hendaknya orangtua membekali anaknya dengan sistem imun terbaik bagi tubuhnya,
banyak wawasan pengetahuan dan kehidupan, kemampuan yang mumpuni, memantau
perkembangan mentalnya agar tidak mudah
menyerah dalam menghadapi
kehidupan dan juga bekali dengan akidah yang baik. Karena
bisa jadi, sesuatu yang bersifat lemah menjadi cikal bakal cacat tubuh dan
mental yang permanen, kriminalitas anak dan tindakan amoral lainnya.
4. Anak sebagai musuh
Allah berfirman: “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di
antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi
serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Qs At Taghabun: 14)
Musuh dalam arti saat anak menjadi pembangkang tidak lagi
menuruti nasihat orang tua dan mendengarkan petuah bijak orang-orang
sekelilingnya, belajar menjadi pembohong, tidak malu lagi melakukan hal tercela
dan maksiat dan mulai melupakan untuk beribadah kepada Allah. Dan hal ini
merupakan puncak kesedihan dan kegagalan dari pola asuh orang tua.
Oleh sebab itu, apapun tipe anak kita, ia hanyalah sebuah
lembaran putih yang bersih, orangtualah yang sebenarnya memberi torehan
istimewa pada lembaran putih anak kita. Ia akan menjadi Muslim, Nashrani atau
Yahudi adalah campur tangan orang tua. begitu juga baik atau buruknya akhlaq
anak kita atau benar atau salahnya aqidah anak kita itu adalah tergantung
bagaimana kita menorehkan tinta di lembaran putih anak kita. Maka jadilah orang
tua terbaik dalam membentuk pribadi anak. Semoga kitalah yang menjadi pemenang
memperoleh anak yang shalih penyejuk hati keluarga kita, aamiin.
Wallahu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar