Istri yang Mempersempit
Di surah At-Tahrim ini
dari ayat 1-5 menjelaskan tentang istri Rasulullah Shalallahu 'Alaihi
wa Sallam yang mengoreksi beliau dan tidak bertanya kepada beliau
mulai pagi sampai malam hari. Dari Imam Ahmad di dalam Musnad-nya
menceritakan tentang Ibnu Abbas yang bertanya kepada Umar bin Khattab tentang
turunya surah At-Tahrim ayat 4 yaitu untuk siapakah kedua orang istri nabi yang
difirmankan Allah Subhanahu wa Ta'ala, “Jika kamu berdua
bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk
menerima kebaikan).” Maka umar menjawab “’Aisyah dan Hafshah” kemudian
Umar menceritakan kejadiannya dan berkata, ‘Dahulu kami kaum Quraisy selalu
mengalahkan kaum perempuan (dalam kehendak dan pendapat). Ketika kami datang ke
Madinah, kami menemukan suatu kaum yang dikalahkan oleh kaum perempuan, maka
kaum perempuan kami belajar dari kaum perempuan mereka’. Umar pun bercerita
‘Suatu hari saya marah kepada istriku. Tiba-tiba istriku mengoreksi dan
membantak apa yang saya katakana dan saya tidak terima bantahannya. Istriku
berkata, ‘kenapa engkau menolak koreksiku. Demi Allah, sesungguhnya para istri Rasulullah Shalallahu
'Alaihi wa Sallam pernah mengoreksi beliau dan meng-hajr (tidak
bertanya kepada beliau) dari mulai pagi sampai malam’’. Kita bisa ambil
kesimpulan bahwa pentingnya untuk taat kepada suami selagi apa yang dikatakan
oleh suami itu tidak bertentangan dengan syari’at, karena suami berkewajiban
untuk menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka seperti yang dijelaskan
di awal tadi.
Istri yang Khianat
Firman Allah, “Allah
membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir.
keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara
hamba-hamba kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya
(masing-masing), Maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari
(siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam
Jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)". [At-Tahrim : 10]
Allah Subhanahu
wa Ta'ala menyebutkan perumpamaannya yakni tentang kedua Nabi dan
Rasul yang menemani mereka siang dan malam, memberi makan keduanya, bercampur
di malam hari dan menggauli mereka dengan sangat akrab akan tetapi istri-istri
mereka berkhianat yakni dengan tidak seiman dengan mereka berdua dan tidak
membenarkan risalah yang mereka bawa. Semua itu sama sekali tidak membantu
mereka dan kedekatan itu tidak akan mampu mencegah murka Allah Subhanahu
wa Ta'ala kepada keduanya. Maka kedua suaminya tidak dapat sediktpun
membantu mereka dari siksa Allah karena kekafiran mereka yaitu kedua istri
Nabi.
Dari sini kita bisa
ambil pelajaran bahwa sekuat apapun iman kita jika kita gagal dalam mendidik
istri atau bahkan anak-anak kita maka kita sedikitpun tak akan sanggup untuk
menolong mereka.
Istri yang Beriman
Allah berfirman : “Dan
Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika
ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam
firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah
aku dari kaum yang zhalim.” [At-Tahrim : 11]
Adapun yang ini adalah
perumpamaan yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan kepada
orang-orang mukmin, bahwa mereka tidak akan terpengaruh ketika berinteraksi
dengan orang-orang yang kafir. Qatadah berkata, ‘dahulu Fir’aun adalah makhluk
bumi tersombong dan paling kafir, tapi demi Allah kekafiranya tidak mempengaruhi
istrinya yang patuh kepada Rabb-nya, hal ini mengabarkan bahwa Allah Maha
Bijaksana dan Maha Adil, di mana Allah tidak akan mengadzab seseorang melainkan
disebabkan dosanya sendiri.’
Ibnu Jarir menambahkan,
‘dahulu istri Fir’aun (Asiyah binti Muzahim) disiksa dibawah terik matahari,
apabila suaminya meninggalkannya, maka malaikat memayunginya dengan sayapnya
dan dia melihat rumahnya di surga’
Dari sini kita bisa
ambil pelajaran bahwa suami yang tidak beriman kepada Allah Subhanahu
wa Ta'ala wajib diingkari karena perbutannya dan terus menerus berdo’a
kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala supaya diberikan hidayah agar
kembali ke jalannya, dan menjadi pemimpin keluarganya. Karena suami yang tidak
beriman tidak akan pernah memberikan mudharat sedikitpun kepada istri yang
beriman.
Wallahua’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar